Thursday, 28 March 2024

Berita

Berita Utama

BP2MI Inisiasi Pembahasan Kesenjangan Standar Kompetensi Perawat Indonesia dan Internasional

-

00.09 8 September 2021 1503

BP2MI Inisiasi Pembahasan Kesenjangan Standar Kompetensi Perawat Indonesia dan Internasional

Jakarta, BP2MI (8/9) - Direktorat Penempatan Pemerintah Kawasan Eropa dan Timur Tengah Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) melakukan inisiasi terkait pembahasan kesenjangan standar kompetensi perawat Indonesia dan perawat internasional di negara-negara kawasan Eropa dan Timur Tengah pada hari Rabu (8/9/2021).

Acara yang berlangsung di Hotel ibis Jakarta Slipi ini, menjadi wujud nyata salah satu dari 9 program prioritas BP2MI untuk penguatan skema penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI), khususnya perawat, di mana ada perbedaan antara standar kompetensi perawat di Indonesia dan internasional.

Direktur Penempatan Pemerintah Kawasan Eropa dan Timur Tengah, Dyah Rejekiningrum, menyampaikan bahwa saat ini BP2MI sudah menjalin kerja sama dengan Jerman untuk skema penempatan Government to Government (G to G) untuk perawat dari Indonesia yang sudah menyelesaikan pendidikan minimal D3 Keperawatan. Selain Jerman, Arab Saudi juga memiliki potensi besar untuk penempatan PMI dari Indonesia, khususnya sebagai perawat.

“Terdapat permintaan kebutuhan tenaga perawat sebanyak 133 orang dan akan terus bertambah seiring pertumbuhan rumah sakit dan pusat kesehatan yang dibangun pemerintah Arab Saudi. Tahun 2018 tercatat 284 rumah sakit dan 2.390 pusat kesehatan baru,” ujar Dyah.

Dyah juga menyampaikan, bahwa bekerja ke luar negeri merupakan pilihan, sehingga belum ada perencanaan sejak awal termasuk pelatihan bahasa Inggris, sehingga dari diskusi diharapkan bahasa asing dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

Kepala Pusat Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kesehatan, Diono Susilo, menyampaikan bahwa berdasarkan data tahun 2019, lulusan keperawatan didominasi oleh tingkat pendidikan D3 Keperawatan dan diperkirakan terjadi kelebihan jumlah perawat yang dapat difasilitasi untuk dapat ditempatkan bekerja di luar negeri.

“Ada beberapa isu penempatan perawat ke luar negeri yaitu persaingan dengan negara pengirim lain, perbedaaan budaya, kompetensi bahasa asing, kesesuaian kurikulum pendidikan negara tujuan, tingkat kelulusan uji kompetensi belum optimal, dan rendahnya motivasi untuk bekerja di luar negeri. Kementerian Kesehatan RI telah membiayai pendaftar sertifikasi internasional pada tahun 2017 hingga 2019 dengan jumlah lulusan 66 orang. Sementara, tahun 2020 hingga 2021 karena anggaran difokuskan kepada penanganan pandemi COVID-19, sertifikasi belum dilaksanakan kembali,” ucap Diono.

Lebih lanjut Diono menjelaskan, untuk memenuhi persyaratan pengalaman kerja yang diminta oleh pemberi kerja di luar negeri, dibuka terobosan dengan membentuk lembaga inkubator yang melibatkan peran lembaga pendidikan kesehatan, rumah sakit, dan BP2MI sebagai operator pemerintah dalam penempatan PMI ke luar negeri.

Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Perwakilan (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sekaligus Ketua Komite Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan, Masfuri, memaparkan bahwa negara memiliki variasi ujian yang berbeda-beda.

“Banyak perawat yang bekerja di luar negeri, namun ketika pulang tidak kembali bekerja sebagai perawat. Salah satunya karena perbedaan gaji di luar negeri dan dalam negeri,” pungkas Masfuri.

Turut hadir pula Tasdiana atau yang lebih dikenal dengan Becky, PMI purna yang pernah bekerja sebagai perawat di Kuwait dengan gaji di atas Rp 20 juta. Ketika rekan-rekan perawatnya melanjutkan ke Puskesmas, Becky memilih untuk les bahasa Inggris untuk mengejar mimpinya bekerja di luar negeri.

“Ada 5 kendala besar, yaitu ketidakmampuan berbahasa Inggris, ketidaktahuan tentang uji kompetensi internasional, dokumen yang tidak dipersiapkan dengan baik, tidak ada modal untuk pergi ke luar negeri, dan tidak adanya keberanian,” imbuh Becky.

Becky sendiri memiliki harapan untuk membawa perawat Indonesia mendunia dengan mengutamakan kualitas agar memiliki daya saing. * (Humas/FU)