Saturday, 27 April 2024

Berita

Berita Utama

Jajaki Penempatan Pekerja Migran Sektor Keperawatan di Kanada, BP2MI Terima Audiensi Pemerintah New Brunswick Kanada

-

00.03 22 March 2024 328

Jajaki Penempatan Pekerja Migran Sektor Keperawatan di Kanada, BP2MI Terima Audiensi Pemerintah New Brunswick Kanada

Jakarta, BP2MI (22/3) – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) terima audiensi dari Pemerintah New Brunswick, Kanada dan Perwakilan Kedutaan Besar Kanada di Jakarta, pada Jumat (22/3/2024).

Pertemuan di kantor pusat BP2MI tersebut bertujuan untuk penjajakan penempatan Pekerja Migran Indonesia menuju Kanada, khususnya pada provinsi New Brunswick, di sektor keperawatan.

Deputi Penempatan dan Pelindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI, Agustinus Gatot Hermawan, membuka sambutan dengan apresiasi terhadap perwakilan dari Ministry of Health New Brunswick Canada, dan Perwakilan Duta Besar Kanada di Jakarta yang telah menempuh perjalanan jauh menemui BP2MI.

“Kawasan Amerika dan Pasifik terutama Kanada, merupakan tujuan penempatan dengan persentase yang lebih kecil dibanding negara lainnya. Tetapi dari tahun 2020 sampai dengan 2024, tren penempatan mengalami kenaikan. Terlebih Kanada merupakan negara yang terkenal maju dan ramah untuk imigran,” ucap Deputi Gatot.

Director of International Recruitment, Services and Programs with the Ministry of Health, Government of New Brunswick Canada, Jake Arbuckle, mengungkapkan bahwa 23% dari populasi Kanada adalah penduduk diatas usia 60 tahun.

“Jumlah 23% tersebut cukup untuk membuat New Brunswick membuka diri terhadap pekerja migran di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan nursing dan careworker. Indonesia adalah salah satu dari negara yang New Brunswick pertimbangkan,” ungkapnya.

Arbuckle menyatakan bahwa, New Brunswick punya program dalam 5 tahun terakhir untuk mendukung kualitas hidup para pekerja migran di sektor keperawatan. Hal ini menurutnya karena pihak Kementerian Kesehatan dan Keimigrasian Kanada juga turut mendukung daya hidup pekerja migran.

“Kanada punya prinsip tidak hanya mengambil, tetapi juga memberi. Pada 2 tahun awal pekerja migran tinggal di Kanada, pemerintah New Brunswick akan mendukung secara finansial dan fasilitas. Tidak hanya itu, kami juga akan memberikan pelatihan lebih lanjut,” ujarnya melalui penerjemah.

Migration Program Manager Kedutaan Besar Kanada di Jakarta, Tim Bowman mendukung data yang diungkapkan oleh Deputi Gatot tentang jumlah Pekerja Migran Indonesia yang sedikit di Kanada. Namun, Bowman menjamin bahwa meskipun komunitas Indonesia di Kanada sedikit, tetapi itu membuat hubungan antar personal semakin erat. Ditambah pula terdapat komunitas muslim yang besar di Kanada.

“Ada pula pilihan bagi para Pekerja Migran Indonesia yang memilih untuk menetap di Kanada bahkan sebelum masa kontrak habis. Ada pula yang kembali pulang ke Indonesia setelah masa kerjanya habis demi keluarga yang ditinggalkan. Poin dari pernyataan saya adalah, Kanada tidak hanya membuka peluang kerja, tetapi membuka peluang hidup juga,” ucap Bowman.

Direktur Sistem dan Strategi Penempatan dan Pelindungan Kawasan Amerika dan Pasifik, Dr. Servulus Bobo Riti, menyambut baik penjajakan peluang kerja sektor keperawatan ke Kanada.

Servulus juga turut memaparkan bahwa selama ini Indonesia juga turut melaksanakan penempatan Pekerja Migran Indonesia di Jepang, atau disebut juga kangoshi dan kaigofukushishi, serta nurse dan careworker di Jerman.

“Meskipun jumlah sektor keperawatan masih belum banyak jumlahnya, kami harap dari semua stakeholder yang hadir di diskusi ini seperti Kemnaker, Kemenkes, Kemendikbud, KemenPUPR, Kemenlu, serta para lembaga pendidikan dapat terbuka wawasannya untuk menyesuaikan regulasi dan kurikulum keperawatan untuk kebutuhan internasional,” tutur Servulus.

Diskusi tersebut, menurut Servulus harus dilanjutkan kembali dengan penajaman poin-poin teknis seperti persyaratan umum, regulasi, kebutuhan keahlian yang diinginkan, dan lain sebagainya.

“Dengan pertemuan ini, harapan kita adalah menyederhanakan prosedur administrasi, meningkatkan saluran komunikasi, dan menerapkan praktik terbaik untuk solusi terbaik bersama,” pungkasnya. (Humas/MH/MSA/BJG)