Menteri Karding Ungkap 3 Alasan Eksploitasi Pekerja Migran Indonesia Terjadi
-
Jember, KP2MI (20/12) – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding mengungkapkan ada tiga alasan eksploitasi yang terjadi kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI).
"Ada tiga penyebab mengapa eksploitasi terjadi kepada pekerja migran Indonesia. Yang pertama tidak punya keahlian, kedua, tidak punya pemahaman bahasa asing, dan ketiga, tidak memiliki persiapan mental,” bebernya," ungkap Karding dalam sosialisasi Penempatan dan Pelindungan PMI di Rumah Sakit Bina Sehat Jember, Jumat (20/12/2024).
Disambut oleh Pengelola Rumah Sakit Bina Sehat, dr. Hj. Faida, yang juga menjabat sebagai Bupati Jember periode 2016-2021, Menteri Karding dibuat kagum dengan prestasi RS Bina Sehat dan para mahasiswa-mahasiswinya.
Dr Faida pertama memperkenalkan diri sebagai Rumah Sakit pertama yang menempatkan 6 tenaga medis ke Saudi Arabia. Bahkan hingga 2024 ini, penempatan tenaga medis masih berlangsung.
“Penempatan tenaga perawat dari Bina Sehat melalui proses prosedural, disertai dengan MOU dari Kementerian Kesehatan Saudi Arabia. Pernah dalam satu momen, Dubai-Group Hospital sampai menutup sebagian layanannya karena kekurangan tenaga medis. Di situlah Bina Sehat masuk mengisi peluang kerja tersebut,” ungkapnya.
Menteri Karding mengaku, kagum dengan prestasi yang ditorehkan oleh Rumah Sakit Bina Sehat dan Bina Sehat Training Center. Menurutnya, para pekerja migran dari Grup Bina Sehat tidak akan mengalami masalah eksploitasi yang kerap dialami saudara-saudara seperjuangan para siswa-siswi Bina Sehat.
Contoh kecil menurut Karding, jika pekerja disuruh memasak, atau bekerja di bidang hospitality, tapi tidak paham memasak atau hospitality, bukankah akan menimbulkan masalah? Kata Karding.
“Jika tidak paham bahasanya, bagaimana pekerja bisa melakukan apa yang diinginkan pengguna kerja? Untuk persiapan mental, memang budaya kerja di luar negeri berbeda dengan di negara sendiri. Contoh kecil saja, di negara luar punya 4 musim yang tidak dipunyai negara Indonesia, atau bekerja di tengah laut, jangan sampai tidak kuat dingin terus minta pulang,” ungkapnya.
Berbagai kesalahpahaman kecil tersebut, sambung Karding dapat memantik hal yang tidak diinginkan. Terlebih pekerja yang tereksploitasi adalah yang berangkat secara tidak resmi. Artinya, tidak ada kewajiban bagi pengguna kerja untuk menghormati dan bertanggung-jawab terhadap kontrak.
“Namun untungnya, pekerja migran yang berangkat resmi pada umumnya tidak terkena eksploitasi, karena prosedur calon pekerja cukup jelas. Sebelum berangkat ada pelatihan keahlian, bahasa, persiapan pengenalan budaya, dan sebagainya,” ucapnya.
Menteri Karding ingin menghimbau para mahasiswa-mahasiswi, maupun para tenaga medis yang baru pulang dari Saudi Arabia untuk menyebarkan kisah mereka bekerja ke luar negeri, serta bagaimana prosedurnya.
“Kalau kalian punya akun Youtube, Tiktok, dan sebagainya, sebarkanlah pengalaman kalian. Supaya berita yang muncul di media tidak hanya kisah sedih dan kisah eksploitasi saja. Kampanye penempatan pekerja prosedural dan sukses juga perlu untuk mendorong calon pekerja migran Indonesia berangkat prosedural,” pungkasnya.*