Di Hadapan SUPM Kota Agung Tanggamus, BP3MI Lampung Bersama HRD-Korea Selatan Sosialisasikan Peluang Kerja Sektor Perikanan di Korsel
-
.jpeg)
Di Hadapan SUPM Kota Agung Tanggamus, BP3MI Lampung Bersama HRD-Korea Selatan Sosialisasikan Peluang Kerja Sektor Perikanan di Korsel
Lampung, KemenP2MI (26/2) - Riuh gemuruh tepuk tangan para siswa-siswi Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Kota Agung, Tanggamus, Lampung, saat Representatif Indonesia EPS Center HRD Korea Selatan (HRDK) Park Sehoon dan Shin Sangjun berkunjung pada Rabu (26/2/2025).
Kepala Sekolah SUPM Kota Agung, Kurman, menyampaikan apresiasi kepada BP3MI Lampung dan representatf Indonesia EPS Center HRD-Korea Selatan di SUPM Kota Agung, yang hadir bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun SUPM Kota Agung Ke-22.
“SUPM Kota Agung telah berdiri sejak 2002. Sekolah ini merupakan satuan pendidikan vokasi kelautan dan perikanan,” ungkap Kurman pada sambutannya.
Sistem Pembelajaran SUPM, lanjut Kurman, berbasis Teaching Factory dengan persentase praktik 70% dan teori 30%, sehingga peserta didik lebih dominan pada pendalaman keterampilan bidang kelautan dan perikanan.
“Ada 3 program keahlian unggulan di SUPM, yakni Program Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan (APHP), dan Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut (APAPL),” ungkapnya.
Representatif Indonesia EPS Center HRDK, Mr. Park Sehoon, berikan ucapan selamat ulang tahun kepada 73 peserta siswa SUPM Kota Agung yang hadir.
Dibantu dengan seorang penerjemah, Park menyampaikan bahwa di Tahun 2025, Pemerintah Korea Selatan membuka 130.000 Lowongan Pekerjaan untuk pekerja dengan pemegang visa E-9 melalui sistem perizinan pemerintah.
“Saat ini tingkat angka kelahiran anak di Korsel sangat rendah, hal ini berdampak pada berkurangnya usia pekerja produktif di negara tersebut. Tenaga Kerja Asing/TKA, termasuk Indonesia, punya peluang mengisi kebutuhan tenaga kerja di sana,” paparnya.
Park juga menambahkan, bahwa pekerja tidak perlu khawatir perihal gaji di Korea Selatan. Menurutnya, pekerja migran di Korea Selatan mendapatkan hak berupa gaji yang sama dengan pekerja asli Korea.
Namun, Ia memberi catatan, tantangan kerja di Korea lebih kepada adaptasi perubahan suhu ekstrim. Hal ini terkadang menyebabkan pekerja migran Indonesia kesulitan di awal pertama mereka ditempatkan disana.
“Penting bagi setiap pekerja migran Indonesia untuk mengelola keuangan yang baik selama bekerja di Korea. Harapannya setelah pulang ke Indonesia, uang hasil kerja dapat digunakan untuk kegiatan produktif di Indonesia, melanjutkan pendidikan, atau menjadi wirausaha di Indonesia,’’ imbuhnya.
Direktorat Penempatan Pemerintah KemenP2MI pusat, Budiono, memberikan kemudian memberikan gambaran umum terkait skema penempatan Government to Government (G to G) ke Korea Selatan khususnya sektor perikanan.
“Korsel memakai sistem EPS atau Employment Permit System untuk perekrutan dan penempatan pekerja migran secara bilateral, dalam hal ini Korsel-Indonesia. Gaji besar dan jaminan keamanan menjadikan Korsel sebagai tujuan favorit pekerja migran Indonesia,” ujarnya.
Sektor pekerjaan di Korsel, menurut Budiono tidak hanya perikanan saja, ada sektor manufaktur, shipbuilding, service 1 dan service 2.
“Pada sistem EPS, ada 2 tahapan ujian yang akan dilalui calon pekerja migran Indonesia, yakni ujian keterampilan bahasa EPS-TOPIK, dan skill-competency test, yang terdiri dari kekuatan fisik, wawancara dan kemampuan dasar,” lanjutnya.
Budiono berharap di tahun 2025 ini, SUPM Kota Agung menjadi sekolah yang banyak mengikutsertakan anak didiknya dalam program G to G Korea Selatan sektor perikanan.
‘’Kehadiran HRDK disini diharapkan memberikan motivasi, wawasan dan harapan para siswa, bahwa siswa SUPM Kota Agung mampu menjadi SDM untuk berkarir di luar negeri. Bekerja di luar negeri bukan hanya mimpi, namun sudah dapat direalisasikan setelah mereka menyelesaikan pendidikan di sini,’’ ungkapnya.
Kepala BP3MI Lampung, Ahmad Fauzi, menyatakan, penempatan pekerja migran Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian negara. Misalnya pada tahun 2024 perkiraan jumlah remitansi dari keberangkatan pekerja ke luar negeri mencapai 251 Triliun Rupiah.
‘’Tahun 2025 ini KemenP2MI menargetkan angka penempatan naik sebesar 425.000 dengan harapan mendatangkan devisa negara berupa remintasi lebih besar, sekitar 436 triliun rupiah,” ungkapnya.
Ahmad Fauzi juga menambahkan, bahwa SUPM sudah harus memberikan pembekalan berupa keterampilan bahasa asing kepada para siswanya. Idealnya sudah dapat diajarkan lebih awal lebih baik.
“Jangan hanya terampil di bidang kelautan dan perikanan, anak-anak juga harus mampu berbahasa asing, agar dapat bersaing dan membuka lebih luas peluang kerja yang ada di luar negeri,” pungkasnya. (Humas/BP3MI Lampung)