BNP2TKI Bincang-bincang Bareng Media
Jakarta, BNP2TKI (5/4)____Dalam rangka menjalin keeratan dan keakraban, BNP2TKI melakukan media gathering bertema Ngobrol Bareng Media Bangun Kedekatan Tumbukan Kepercayaan.
“Saya agak surprise pada acara media gathering ini kita bisa adakan dimana saja, saya paham betul. Dulu hubungan saya dengan media begitu dekat saat mengurus evakuasi di Mesir, Jepang, Syaria, dan ABK yang disandera di Somalia,” ujar Sekretaris Utama (Sestama) BNP2TKI Tatang Budie Utama Razak saat media gathering BNP2TKI di Gubuk Udang Cibubur,Kamis 4/4/2019.
Menurut Sestama BNP2TKI, harus diperkenalkan bahwa Indonesia memiliki Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang membanggakan seperti di Kuwait lebih dari 50 persen adalah PMI profesional, di Timur Tengah ada dokter, perawat dan lainnya. Sekitar 6 juta PMI tersebar di 150 negara, bahkan Bank Dunia memprediksi ada sekitar 9 juta PMI yang bekerja diluar negeri.
Tatang menyatakan, pemerintah sudah merubah paradigma tentang PMI, perlahan tapi pasti ke arah yang lebih baik. Dengan perubahan fundamental Undang-undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan PMI di Luar Negeri. “Saya ingin ada keterbukaan, dinamika nasional kita sangat sensitif dan berubah sangat dinamis baik pemerintah legislatif, semua bisa berdampak positif, ”ujarnya.
Dengan perubahan UU No 18 Tahun 2017, ini adalah momentum untuk badan baru. BNP2TKI akan berakhir dan akan terjadi perubahan fundamental, tentunya ini harus didukungan para pemangku kepentingan.
Ia menambahkan, melaui undang-undang baru itu, pemerintah daerah sangat dilibatkan. Banyak lagi faktor perubahan lainnya seperti pidana, jangkauan, perlindungan ekonomi, kepada PMI dan keluarganya.
“Ketika saya di Kuwait dalam waktu 2 tahun bisa berubah, zero shalter, zero problem over stayer dan itu fakta karena kita bekerja secara sungguh-sungguh. Perlindungan PMI harus menjadi prioritas, ”jelasnya.
Menurut Tatang, Indonesia punya segalanya tapi banyak yang tidak tahu, dan Indonesia adalah Negara besar. Penempatan PMI domestik worker perlahan sudah di moratorium. Pemerintah tidak hanya moratorium tapi harus bisa dicarikan solusi yang fundamental.
“Kenapa masih berkutat mengirim tenaga kerja sektor informal, sementara permintaan sektor profesional sangat banyak. Sekarang kita giat-giatnya untuk mengirim profesional, sekarang Jepang yang tadinya tertutup sekarang sudah mulai membuka diri. Amerika juga membutuhkan jutaan tenaga kerja, Australia juga banyak membutuhkan tenaga kerja,” ujarnya.
Menatap Masa Depan Badan Baru
Sestama BNP2TKI mengatakan, dengan badan baru nanti, tidak ada PMI informal yang bekerja di kelapa sawit dan tenaga kerja low skill lainnya. Ke depan PMI, tidak dibebani biaya penempatan. Sekarang pemerintah sangat serius menangani akar permasalahannya. Badan yang akan datang harus berubah karena yang dikirim adalah PMI profesional.
“Cara berpikir kita haru melompat dimana pun berada PMI kita disukai oleh Negara lain. Media gathering ini perlu dilakukan, karena ada isu yang menarik yaitu Peraturan Presiden tantang badan baru akan segera lahir. Jangan melulu dengan masalah atau dukayang diberitakan.***(Tim Humas)