Cerita Wahyu Febrianto, Pekerja Migran Indonesia yang Dapat Gelar Sarjana di Cyber Hankuk University Korsel
-

Cerita Wahyu Febrianto, Pekerja Migran Indonesia yang Dapat Gelar Sarjana di Cyber Hankuk University Korsel
Jakarta, Kemen P2MI (7/3) - Sambil menyelam minum air, begitu lah ungkapan yang tepat untuk Wahyu Febrianto (28), seorang pekerja migran Indonesia di Korea Selatan (Korsel) yang bekerja sekaligus berkuliah di Cyber Hankuk University of Foreign Studies.
Wahyu merupakan kandidat seleksi program Government to Government (G to G) di Korsel pada tahun 2016. Saat itu, Wahyu merupakan seorang lulusan SMK yang mencoba peruntungan untuk bisa bekerja di luar negeri.
Dia kemudian dinyatakan lolos seleksi program G to G Korsel dan berangkat pada tahun 2018. Selama bekerja di sektor perikanan, Wahyu selalu berpikir untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan.
“Saya juga melakukan ibaratnya bersilaturahmi ke beberapa tempat, sehingga saya baru mengetahui program perkuliahan tersebut di Cyber Hankuk University. Saya merasa, peluang-peluang kayak gitu nggak semuanya bisa ambil, karena orang kan punya cita-cita dan keinginan masing-masing, tapi saya berusaha untuk ketika ada kesempatan 'kenapa enggak [diambil]',” kata Wahyu saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (2/3/2025).
Wahyu mengaku, keputusannya itu ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa rekannya pekerja migran Indonesia yang menempuh jalur sama kerja sembari kuliah di Korsel telah banyak yang gagal dalam studi.
“Karena nggak semudah itu. Makanya di semester rentan banget, di semester 4, 5, 6 itu, nggak semuanya dapat menyelesaikan. Bahkan ada yang juga baru satu semester, terus kemudian memutuskan untuk keluar. Karena memang nggak semudah itu untuk bisa,” kata Wahyu.
Namun dengan tekad yang kuat, Wahyu mengatur waktu agar bisa memanfaatkan jam kerjanya secara efektif sehingga tidak bentrok dengan perkuliahannya di Cyber Hankuk University. Perencanaan itu dilakukannya sejak dari semester awal kuliah.
“Satu semester sebelumnya, saya itu harus punya perencanaan, di mana saya nanti biasanya itu harus pergi ke kampus, di mana jam kerja saya, itu nanti yang harus saya persiapkan,” imbuhnya.
Setelah masa perkuliahan yang panjang, Wahyu akhirnya menyelesaikan studinya dan meraih gelar sarjana di Cyber Hankuk University of Foreign Studies pada tahun 2024.
“Tapi Alhamdulillah, walaupun saya kategori yang 5 tahun baru selesai, tapi Alhamdulillah bisa menyelesaikan juga seperti itu,” kata Wahyu.
Wahyu menyarankan kepada para pekerja migran Indonesia mengambil kesempatan yang terbuka luas untuk berkuliah di negara tujuan kerja.
Dia menuturkan, di negara penempatan seperti Korsel, rata-rata pekerja migran Indonesia memiliki kontrak kerja selama 4 tahun. Jika bekerja sambil berkuliah, kata Wahyu, mereka bisa mendapatkan titel sarjana ketika kontrak kerja sudah habis.
“Karena kalau yang saya sekarang rasakan, saya lulus benar-benar setelah selesai kontrak kerja. Padahal untuk teman-teman yang sudah tahu programnya lebih dulu, mereka dengan kontrak kerja 4 tahun 10 bulan itu, mereka selain bekerja juga bisa mendapatkan titel sarjana di Korea Selatan seperti itu dan itu benefit yang sangat luar biasa untuk teman-teman yang ambil,” ujar Wahyu.*