Tuesday, 30 April 2024

Berita

Berita Utama

Kunjungi Rumah Sakit PHC Surabaya, Kepala BP2MI Pastikan Medical Check Up Calon Pekerja Migran Indonesia Sesuai Standar

-

00.04 5 April 2024 189

Kunjungi Rumah Sakit PHC Surabaya, Kepala BP2MI Pastikan Medical Check Up Calon Pekerja Migran Indonesia Sesuai Standar

Surabaya, BP2MI (5/4) – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)  kunjungi ke Rumah Sakit Primasatya Husada Citra Surabaya (RS PHC) Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat (5/4/2024).

Kepala BP2MI, Benny Rhamdani ingin meninjau bagaimana standar, alur proses, kelayakan alat, serta kenyamanan tempat di fasilitas Medical Check Up (MCU) RS PHC Surabaya. Menurutnya, tinjauan berkala harus dilakukan karena RS PHC adalah salah satu rumah sakit rujukan para Calon Pekerja Migran Indonesia yang akan berangkat ke luar negeri.

“Khususnya pada skema Government to Government (G to G), terdapat tren lonjakan peminat yang mungkin akan bertambah tiap tahunnya. Ibu Seriulina Tarigan sebagai Direktur Penempatan Pemerintah Kawasan Asia Afrika juga menjelaskan kepada saya, RS PHC Surabaya ini juga menggunakan metode MCU yang tanpa membatalkan puasa,” ucapnya.

Dalam kunjungan ini, Benny juga ingin tahu apa kendala di masing-masing daerah, dan bagaimana cara mengatasinya. Menurutnya masih ada masalah minor yang terjadi seperti double reading, atau pemulangan Pekerja Migran Indonesia yang dianggap unfit di luar negeri, tapi dinyatakan sehat di dalam negeri.

“Tidak ada cara yang tepat untuk berkunjung dan melihat langsung kondisi alur proses, dan standar di lapangan. Kita pastikan uang pajak rakyat digunakan selayaknya. Terlebih, terakhir Pekerja Migran Indonesia menyumbangkan devisa sebanyak 220 triliun pada 2023,” ungkap Benny.

Wakil Direktur Bidang Penunjang Pelayanan Medis RS PHC Surabaya, Siswa Kusuma Wijaya, menyambut baik jajaran BP2MI yang hadir dan dengan bangga menyatakan proses untuk MCU Calon Pekerja Migran Indonesia dibedakan dengan pengunjung, atau pasien reguler.

“Tujuannya adalah supaya teman-teman Pekerja Migran Indonesia tidak mengantri bersama pengunjung reguler. Sesuai dengan pesan Bapak Benny yang mengamanatkan bahwa Pekerja Migran Indonesia sebagai pahlawan devisa, sehingga harus diperlakukan selayaknya,” kata Siswa Kusuma.

Tentang masalah double reading dan Pekerja Migran Indonesia yang tidak dianggap fit pada saat sampai di luar negeri, Siswa menyatakan bahwa metode pemeriksaan yang berbeda, atau diluar yang disepakati oleh luar negeri.

“Jika dua negara mempersyaratkan metode pemeriksaan yang disepakati, kami bisa menyepakatinya dan menyelaraskan. Kendalanya adalah perbedaan persepsi antar dua negara tentang bercak atau residu penyakit yang telah sembuh pulih, Ini harus diselaraskan. Kami percaya diri, bahwa RS PHC Surabaya adalah yang terbaik,” pungkas Siswa. (Humas)