Friday, 29 March 2024

Berita

Berita Utama

Tanda Tangan Nota Kesepahaman dengan Enam Yayasan dan PKS dengan Lima Institusi Pendidikan, Kepala BP2MI: Ayo, Tangkap Peluang Kerja!

-

00.09 16 September 2021 1935

Tanda Tangan Nota Kesepahaman dengan Enam Yayasan dan PKS dengan Lima Institusi Pendidikan, Kepala BP2MI: Ayo, Tangkap Peluang Kerja!

Bandung, BP2MI (16/9) - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) kembali merangkul yayasan dan institusi pendidikan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 untuk menyiapkan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang terampil dan profesional. Kegiatan ini dilaksanakan di Ballroom Hotel Trans Luxury Bandung, pada Kamis (16/9/2021). Sebanyak enam yayasan menandatangani Nota Kesepahaman, yaitu Yayasan LPPI Bandung, Yayasan Perguruan Teknik Nasional, Yayasan Ganesha Guru Nusantara, Yayasan Widya Dharma Santi, Yayasan Runata, dan Yayasan Amal Salam Pancasila. Sedangkan lima institusi pendidikan menandatangani PKS, yaitu ITB STIKOM Bali, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, Politeknik Nasional Denpasar,  Politeknik Ganesha, dan STIE BIITM.

Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan wujud kolaborasi antara BP2MI dengan seluruh pihak untuk menangkap peluang kerja di luar negeri bagi PMI.

"Saat ini banyak peluang kerja luar terbuka yang ada di depan mata kita, peluang kerja yang tinggi ini sebagai efek domino pandemi Covid-19. Jika momen ini kita tangkap, maka dapat menjadi solusi bagi masalah pengangguran di dalam negeri sekaligus dapat menjadi proses recovery keuangan bangsa Indonesia. Untuk itu kami mengambil langkah untuk menyiapkan PMI terampil profesional, salah satunya dengan penandatanganan Nota Kesepahaman dan PKS dengan seluruh pihak," ungkap Benny dalam sambutan dan arahannya.

Diungkapkan oleh Benny, bahwa peluang kerja ini banyak tersedia di Jepang, Korea, juga Jerman.

"Ketiga negara tersebut memiliki undang-undang perlindungan warga negara asing yang baik, memiliki tingkat standar gaji yang tinggi sehingga menjamin keselamatan dan juga kesejahteraan para PMI di sana.
Rata-rata penempatan program G to G, yaitu ke Korea dari sebelum masa pandemi Covid-19 sebanyak 6.921 (2018) dan 6.201 (2019), sedangkan penempatan ke Jepang tahun lalu tercatat 641 PMI, penempatan ke Korea dan Jepang pada skema G to G ini, memiliki prospek yang luar biasa, dimana untuk jabatan Perawat dan Caregiver (pengasuh lansia) dan pada sektor-sektor manufaktur, memiliki gaji yang cukup besar, yakni mencapai 22 juta sampai 30 juta, dengan kontrak kerja sampai dengan 5 tahun. Ada juga kuota bagi PMI di Jepang sebanyak 70.0000. Mari kita manfaatkan semua itu," lanjut Benny.

Adapun ruang lingkup kerja sama ini adalah dalam rangka pengembangan kegiatan penelitian di berbagai bidang sebagai bentuk pengembangan kompetensi Sumber Daya Manusia, peningkatan SDM melalui program pendidikan dan pelatihan, peningkatan SDM Mahasiswa melalui program magang bersertifikat di Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), diseminasi informasi kepada Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau Pekerja Migran Indonesia terkait dengan peluang kerja di negara tujuan penempatan dan program pendidikan tinggi di Lembaga Pendidikan, peningkatan jenjang pendidikan formal bagi CPMI/PMI di negara tujuan penempatan, dan fasilitasi Training of Trainer (ToT) bidang Teknologi Informasi dan Desain Multimedia kepada instruktur Orientasi Pra Pemberangkatan (OPP) dan pegawai.

"BP2MI tidak bisa bekerja sendiri, jadi diperlukan kolaborasi dan sinergi dalam hal penempatan PMI yang terampil profesional, dengan menyediakan peningkatan keterampilan bahasa, dan kualifikasi kompetensi. Dengan kerja sama ini, kami ini meyakinkan untuk menangkap peluang kerja yang ada," jelas Benny.

Kerja sama ini diapresiasi dan disambut baik oleh seluruh pihak, termasuk Pimpinan Yayasan LPPI Bandung, Yayasan Perguruan Teknik Nasional, Yayasan Ganesha Guru Nusantara, ITB STIKOM Bali, Dadang Hermawan.

"Kami telah melakukan inovasi demi memperhatikan mahasiswa pasca menerima pendidikan, salah satunya melalui adanya perjanjian kerja sama dengan BP2MI. Tujuan kami sejalan dengan BP2MI untuk menyejahterahkan SDM. Kami juga telah mengembangkan program kuliah sambil magang di luar negeri. Sampai saat ini sudah ada sekitar 200 mahasiswa yang kuliah sambil magang di Jepang dan Taiwan. Masih sedikit lembaga yang mau menerima magang di luar negeri, karena itu kami yakin kendala ini bisa terselesaikan oleh BP2MI," ungkap Dadang. ** (Humas/MIT)