Gelar Silaturahmi dengan Ikatan Alumni Training (IKAT) Jepang, Kepala BP2MI: Berbanggalah Menjadi PMI Seperti Menteri BUMN
-
_Jepang,_Kepala_BP2MI:_Berbanggalah_Menjadi_PMI_Seperti_Menteri_BUMN_WhatsApp_Image_2022-01-23_at_18.56.30.jpeg)
Gelar Silaturahmi dengan Ikatan Alumni Training (IKAT) Jepang, Kepala BP2MI: Berbanggalah Menjadi PMI Seperti Menteri BUMN
Makassar, BP2MI (23/01) - Dalam rangkaian sosialisasi peluang kerja luar negeri yang dilaksanakan di tiga kota, yakni Palu, Makassar, dan Gorontalo, Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, menggelar silaturahmi dengan Ikatan Alumni Training (IKAT) Jepang Sulawesi Selatan (Sulsel) di Cafe Kanrejawa, Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (23/1/2022).
Berdiri pada tahun 2008, IKAT Jepang merupakan asosiasi yang terdiri dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) alumni training/magang di Jepang. Saat ini anggotanya berjumlah 8.000 orang dan 90 persennya merupakan pengusaha. Organisasi tersebut mengusung program kerja yang bersentuhan dengan aktivitas sosial masyarakat, seperti terlibat dalam aksi tanggap bencana, edukasi, dan pelatihan.
Kepada kurang lebih 30 anggota IKAT Jepang, Benny mengajak untuk menyebarluaskan informasi peluang kerja resmi secara masif kepada masyarakat Sulsel dan mendorong untuk menangkap peluang kerja sebanyak-banyaknya.
"Tidak hanya melalui skema magang, BP2MI punya program Government to Government (G to G) ataupun skema lain di mana BP2MI bisa memberikan endorsment. Terlebih, negara telah memberikan fasilitasi pembiayaan KTA BNI dan sebentar lagi juga akan dilaunching KUR PMI", ujar Benny.
Benny juga merangkul seluruh anggota IKAT Jepang untuk turut serta memerangi dua musuh besar PMI yaitu sindikat penempatan ilegal dan sindikat ijon rente.
"Sulawesi Selatan tercatat dalam sistem kami setiap tahun menempatkan 1.000 PMI ke berbagai negara seperti Korea, Taiwan, Jepang, dan Malaysia. Tapi yakin dan percaya, rata-rata temuan kami adalah PMI yang berangkatnya tidak resmi selalu menembus angka tiga kali lipatnya. Ini yang sedang kita perangi secara serius", tegas Benny.
Dengan demikian, sambung Benny, IKAT Jepang harus mengambil bagian peran strategis dalam memberikan edukasi terhadap masyarakat bagaimana bekerja ke luar negeri secara resmi dan membangunkan kesadaran publik risiko-risiko besar penempatan ilegal, seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, gaji tidak terbayar, dan eksploitasi.
"Sumbangan hampir setara dengan sektor terbesar ke negara ini adalah sektor migas yakni sebesar 159,7 triliun. Hanya berbeda koma dengan sumbangan devisa PMI sebesar 159,6 triliun. Itu pun hasil kalkulasi 4,4 juta PMI yang berangkat secara resmi. Bisa dibayangkan hasil kalkulasi total sumbangan devisa apabila mengacu pada data 9 juta PMI menurut World Bank, yakni bisa hampir 400 triliun per tahun", papar Benny.
Oleh karena itu, Benny mengajak seluruh anggota IKAT PMI untuk menumbuhkan rasa bangga menjadi PMI dan membangun kesadaran kolektif bahwa PMI adalah pahlawan devisa, serta pejuang keluarga yang identik dengan kisah sukses. Dengan demikian terbentuklah persepsi dan energi positif publik tentang PMI.
"Berbanggalah menjadi PMI sebagaimana salah satu menteri kita, di Kabinet Kerja, bapak Erick Thohir yang dengan bangga mengaku di berbagai acara resmi bahwa dirinya mantan seorang PMI", ucapnya.
Sebelum acara berakhir, Ketua IKAT Jepang Sulawesi Selatan, Arifuddin Mane, beserta anggota sangat berterima kasih dan memberikan respon antusias.
"Selamat datang di Sulawesi Selatan, kami sangat bersyukur, berbangga, dan berterima kasih karena BP2MI telah berkenan bersilaturahmi bersama kami. Kami sangat berharap dapat melanjutkan kolaborasi dan kerja sama melaksanakan program-program BP2MI", kata Arifuddin. **(Humas/MIF/RMA/AH/MJV)