Friday, 26 April 2024

Berita

Berita Utama

Pulang dari Malaysia, Ahmad Rofi’i Sukses Jadi Pengusaha Jamur

-

00.04 9 April 2021 2223

Pulang dari Malaysia, Ahmad Rofi’i Sukses Jadi Pengusaha Jamur

Jakarta, BP2MI (9/4) - Mulai dari ditertawakan, sampai barang dagangannya ditolak sebelum turun dari sepeda motor. Itulah sekelumit kisah perjuangan yang dialami oleh Ahmad Rofi’i, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) Purna, yang memutuskan untuk menekuni  usaha budidaya jamur.

Ahmad Rofi’i, pria kelahiran 53 tahun lalu pernah menjadi seorang teknisi di Malaysia, melihat bahwa jamur sangat diminati oleh masyarakat Malaysia. Dari tempat kecil seperti warung sampai supermarket besar, semua produk olahan jamur sangat diminati di Malaysia. 

"Saya pernah bekerja sebagai  teknisi di pabrik  Aluminium yang bernama Pres Metal Berhad. Saya bekerja sekitar 5 Tahun," kenang Ahmad saat wawancara Humas BP2MI  melalui sambungan selular beberapa waktu lalu.

Dari observasinya, Ahmad kemudian memutuskan untuk menyelam di bisnis budidaya jamur, dan mempunyai impian untuk menjadikan jamur sebagai ladang usaha di Indonesia.

Ia mengatakan, modal awal saat pendirian budi daya jamur sekitar 15 juta, dengan omzet penjualan jamur mentah 10 juta per bulan. Kemudian   dengan perkembangan waktu  selama 12 tahun berkecimpung di dunia Agro Wisata Kuliner, omzet  normal sekitar 100 juta per bulan. Namun, saat pandemi ini, omzet turun sekitar 30 sampai 40 %. 

"Saya merintis usaha jamur tiram mulai 2008. Jadi awalnya bekerja dengan istri  mulai dari proses pembuatan sampai penjualan, ya saya managernya, ya saya kulinya, Kerja borongan istilahnya. Awalnya kami memproduksi  200 baglog. Saya amati, saya pelajari, pada akhirnya sampai ribuan juga," tuturnya.

Tentunya tidak mudah memulai usaha dengan bekal impian saja,  Ahmad mempersiapkan dirinya dengan berbagai kursus budidaya jamur. Semua hal dari pengembangbiakan, pengolahan dan pengemasan dilakukan bersama sang istri.

Budidaya dan panen saja belum cukup, perjuangan menjual jamur dari door to door, ditolak oleh banyak orang, dan perjuangan untuk memperkenalkan jamur tiram di tengah jamur sawit yang sudah dikenal dahulu oleh banyak orang.

Semangat  Ahmad tidak putus sampai di situ. Respons masyarakat dan berbagai masukan dia terima, dan usahanya berkembang menjadi tempat usaha jamur terpadu.

"Saat ini anggota yang membantu kami berjumlah 10 orang. Kami juga bekerjasama dengan petani petani  jamur sekitar untuk memasok jamurnya supaya para petani  juga tidak ada masalah di pemasarannya.10 Orang pegawai tetap plus para petani jamur sekitar Kab. Asahan," ujarnya.

Dari produksi jamur, pengolahan, dan penjualan dalam bentuk restoran hasil jamur. Contohnya seperti Jamur Krispi, Sop Jamur Ayam Kampung, Mi Goreng Jamur, Nasi Goreng Jamur,  Ayam Pecak Jamur, Lele Pecak Jamur, Mujair Pecak Jamur, Tumis Jamur Kangkung, Tumis Jamur, Tumis Jamur Brokoli, dan yang paling unik, minuman Jus Jamur Tiram yang terbuat dari jamur.

Tidak ketinggalan yaitu Agro Wisata Kuliner, pengunjung dapat melihat proses produksi jamur, panen, sampai dengan pengolahan hasil masakan jadi, maupun beli mentahnya untuk diolah sendiri.

"Saat ini semua jamur yang kami budidayakan, kami olah sendiri di Rumah Makan jamurnya.  Selain pengolahan di Rumah Makan Jamur, Pada tahun 2008 sampai 2012, kami berjualan jamur di sekitar Kab. Asahan, kami juga mengirimkan ke Kab. Batu Bara, Kab. Labuhan Batu, juga Tanjung Balai," pungkasnya.

Rumah Jamur 208, restoran/rumah makan milik Ahmad yang mempunyai menu serba hasil jamur yang dimulai dari 4 meja saja.

"Sekarang mampu menampung 100 orang. Berkat kegigihan dan mental yang kuat, alhamduliah  saya berhasil tidak hanya dalam karirnya sendiri.  Saya juga ikut membagi ilmu, memotivasi para PMI Purna dan pekerja di tempat usahanya untuk belajar, supaya kelak mereka dapat sukses memulai usaha di negeri sendiri," ujarnya. ** (Humas/Bil/MH)