Friday, 20 September 2024

Berita

Berita Utama

Kepala BP2MI Ajak Pemuda-Pemudi Kotamobagu Sukses Berkarir di Luar Negeri

-

00.08 1 August 2024 471

Kepala BP2MI Ajak Pemuda-Pemudi Kotamobagu Sukses Berkarir di Luar Negeri

Kotamobagu, BP2MI (1/8) – Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani, sosialisasikan Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Kotamobagu, Sulawesi Utara, Kamis (1/8/2024).

Bekerja sama dengan Laskar Lorong Agoan dan Komunitas Masyarakat Kristen Agoan Kotamobagu, Benny mengaku senang bersilaturahmi dengan peserta sosialisasi yang sebagian besar adalah pemuda-pemudi Kotamobagu yang semangat dan antusias dalam mengembangkan karirnya.

“Sebagai putra daerah Bolaang Mongondow, saya ingin melihat pemuda-pemudi Kotamobagu sukses meraih peluang kerja di luar negeri, kemudian pulang ke Kotamobagu menceritakan kesuksesannya kepada masyarakat lainnya. Itu cita-cita saya,” ungkap Benny.

Namun, untuk berangkat kerja ke luar negeri, Benny pertama menjelaskan apa itu Pekerja Migran Indonesia, dan apa kendala yang dihadapi oleh Pemerintah dan Pekerja Migran Indonesia pada masa ini.

“Di zaman dahulu, pekerja migran disebut Tenaga Kerja Indonesia atau TKI. Stigma yang dimiliki TKI dari dulu cenderung negatif. Mereka dianggap sebagai pekerja di bidang rumah tangga majikan pribadi, atau pekerja kasar. Namun di zaman sekarang, Negara menyebut mereka Pekerja Migran Indonesia atau PMI,” ucap Benny.

Perubahan stigma tersebut disebabkan karena perubahan tren pekerja migran yang mempunyai keahlian, keterampilan dan spesifikasi khusus, yang semakin hari semakin diminati daripada pekerja domestik.

“Pekerja Migran Indonesia yang mempunyai keahlian, maksudnya adalah pekerja bersertifikasi yang berkarir di manufaktur, industri, shipbuilding, fishing, dan yang sedang naik kepopulerannya, sektor keperawatan. Jelas berbeda dengan sektor rumah tangga atau pekerja kasar,” tutur Benny.

Masyarakat Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Lanjut Benny, yaitu masyarakat usia muda-produktif yang melimpah tapi tidak ada lapangan kerja yang menyerap mereka. Sedangkan di luar negeri mengalami krisis pekerja karena penduduk lokalnya semakin menua.

“Hal ini menyebabkan kurangnya manpower negara luar untuk mengisi pekerja di sektor strategis seperti kesehatan, hospitality, manufaktur, dan sebagainya,” ucapnya

Menurut Benny, daripada bersaing berdarah-darah meraih karir di dalam negeri seperti PNS maupun outsourcing pabrik yang mengharuskan merantau ke luar pulau, mengapa tidak bercita-cita lebih jauh sekalian ke luar negeri.

“Sebagai gambaran, gaji pekerja manufaktur di Korsel berkisar antara 20 sampai 30 juta per bulan. Sedangkan di sektor keperawatan Jerman, berkisar antara 40 juta per bulannya. Sebagai negara dengan populasi yang menua, negara-negara tersebut memberikan benefit kepada pekerja migran,” ujar Benny.

Di hadapan Lurah Kotamobagu, Vany Pudul, Benny ingin memberikan challenge, atau tantangan kepada 15 pemuda-pemudi Komunitas Masyarakat Kristen Agoan Kotamobagu, untuk mendaftar secara prosedural bekerja ke luar negeri. Benny ingin menunjukkan bahwa, betapa mudahnya bekerja secara resmi tanpa jerat calo dan sindikat penempatan ilegal.

“Pak Lurah, catat nama mereka, berikan kepada BP3MI Sulut dan BP2MI, kita daftarkan dan didik mereka supaya menjadi Pekerja Migran Indonesia yang ahli dan terampil,” pungkas Benny. (Humas)